Kamis, 08 Maret 2012

Animal Psichologi


ANIMAL PSICHOLOGY
(Kemampuan Menakjubkan Seekor Burung Merpati )
Sahabat  pembaca,
Tahukah sahabat, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari prilaku-prilaku yang kita lakukan untuk mendapatkan hal-hal yang kita butuhkan dan kita inginkan. Tidak hanya manusia, hewan juga memiliki tingkah laku yang menarik untuk kita pelajari. Ilmu perilaku hewan, pada keseluruhannya merupakan kombinasi kerja laboratorium dan pengamatan di lapangan, yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan disiplin ilmu tertentu semisal neuroanatomi, ekologi, dan evolusi. Dalam disiplin ilmu Psikologi yang senantiasa memiliki ruang lingkup yang luas seseorang ahli Psikologi bahkan mengkhususkan diri untuk mempelajari perilaku hewan.  Ahli perilaku hewan tersebut sering kita kenal dengan sebutan  Etologi  yang berasal dari bahasa Yunani “etos dan logia” yaitu suatu cabang ilmu zoologi yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme serta faktor-faktor penyebabnya.
Meski sepanjang sejarah telah banyak naturalis yang mempelajari aneka aspek dari tingkah laku hewan, disiplin ilmu etologi modern umumnya dianggap lahir di sekitar tahun 1930an tatkala biolog berkebangsaan Belanda Nikolaas Tinbergen dan Konrad Lorenz, biolog dari Austria, mulai merintisnya. Atas jerih payahnya, kedua peneliti ini kemudian dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang kedokteran pada tahun 1973.
Sahabat pembaca pada dasarnya, Etologi terdapat suatu perbedaan dan persamaan antara Psikologi Komparatif apakah itu?
Etologi dapat dibedakan dengan psikologi komparatif, yang juga mempelajari perilaku hewan, namun menguraikan studinya sebagai cabang psikologi. Jadi di mana psikologi komparatif memandang studi perilaku hewan dalam konteks dari apa yang dikenal sebagai psikologi manusia, etologi memandang studi perilaku hewan dalam konteks dari apa yang dikenal tentang anatomi dan fisiologi hewan. Lebih lanjut, psikolog komparatif awal berkonsentrasi pada studi pembelajaran, dan kemudian cenderung melihat pada perilaku dalam keadaan buatan, sedangkan para etolog awal berkonsentrasi pada perbuatan dalam keadaan alami, cenderung mendeskripsikannya naluriah. Kedua pendekatan ini saling melengkapi daripada bersaing, namun menimbulkan perspektif yang berbeda dan kadang-kadang bertentangan dengan pendapat tentang zat bahan. Di samping itu, selama kebanyakan abad ke-20 psikologi komparatif berkembang paling kuat di Amerika Utara, sedangkan etologi lebih kuat di Eropa, dan ini menimbulkan perhatian berbeda seperti tiang pondasi filsafat yang agak berbeda dalam kedua studi itu. Perbedaan praktik ialah bahwa psikologi komparatif berkonsentrasi pada perolehan pengetahuan luas dari perilaku spesies yang lebih sedikit, sedangkan etolog lebih tertarik dalam perolehan pengetahuan dari perilaku dalam jajaran spesies yang luas, tak sekurangnya agar bisa membuat perbandingan berdasar kuat melintasi kelompok taksonomi. Para etolog telah membuat lebih banyak penggunaan dari metode komparatif yang sebenarnya daripada yang pernah diperoleh para psikolog komparatif. Sahabat pembaca sekilas informasi  tentang ilmu etologi yang membahas tentang tingkah laku hewan, mekanisme serta faktor penyebabnya. Dan selanjutnya dalam artikel ini akan membahas tentang kemampuan menakjubkan seekor burung merpati.
Sahabat pembaca, pastilah sahabat pembaca telah banyak mengetahui tingkah laku dari seekor burung merpati misalnya pada zaman dahulu sebagai merpati pos, merpati sebagai lambang kesetiaan, dan kemampuan burung merpati yang  lulus tes konsep abstrak numerik setara dengan primata. Selanjutnya kita akan membahas kemampuan menakjubkan burung merpati  satu persatu:
1.       Burung merpati sebagai merpati pos
Pada zaman dahulu pemilik merpati menyelipkan kertas kecil yang berisi berita di kaki merpati , kemudian melepasnya dengan tujuan untuk menyerahkan surat tersebut sampai ke tempat tujuan. Merpati yang sering dikenal dengan merpati pos ini bisa memanfaatkan medan magnet bumi untuk mengenali daerah dan mengingat daerah tempat tinggalnya. Mata merpati pos mempunyai indra khusus yang bisa mengenali berbagai mineral besi yang ada di tempat tinggalnya. Hal inilah yang membuat merpati pos bisa menentukan arah untuk pulang ke kandangnya dan jarang sekali merpati pos yang nyasar dalam mengantarkan surat dan kembali lagi ke kandangnya. Hal ini juga membuktikan bahwa merpati adalah seekor hewan yang setia terhadap pasangannya.
2.       Kemampuan burung merpati yang  lulus tes konsep abstrak numerik setara dengan primata.
Menurut sebuah penelitian, merpati memiliki kemampuan untuk memahami angka-angka setara dengan primata. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa berbagai hewan, dari lebah madu hingga simpanse, dapat belajar menghitung ketika dilatih dengan imbalan makanan. Pada tahun 1998, peneliti menemukan bahwa monyet rhesus tidak hanya dapat belajar menghitung sampai empat, tetapi juga dapat menangkap aturan-aturan numerik dan menerapkannya ke nomor mereka yang belum terlihat sebelumnya, yang memungkinkan mereka untuk menghitung sampai sembilan tanpa pelatihan lebih lanjut.
Dengan temuan ini, psikolog di University of Otago, di Selandia Baru, mencari tahu apakah merpati memiliki kompetensi numerik mirip dengan monyet rhesus. “Merpati adalah subyek yang sempurna untuk tugas visual, karena visi mereka baik dan mudah untuk dilatih, “kata psikolog Scarf Damian. Scarf dan rekan-rekannya melatih tiga merpati untuk menghitung sampai tiga. Setelah burung-burung belajar menghitung sampai tiga, para peneliti menunjukkan gambar merpati dengan sembilan objek. Tanpa imbalan berupa makanan, merpati mampu membedakan antara angka yang lebih rendah dan angka yang lebih jauh.
“Setelah berada pada gambar tujuh, delapan dan sembilan, merpati mengalami kesulitan untuk membedakan gambar,” kata Scarf. Secara keseluruhan, hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa untuk melatih burung merpati dibutuhkan waktu yang lama daripada monyet rhesus.
Sahabat pembaca, dengan artikel ini semoga menjadikan wawasan kita bertambah tentang ilmu etologi (animal psichology), dan tingkah laku burung merpati yang menakjubkan.
“Untuk Memenuhi Tugas Ekologi Hewan Biologi_UMM”
OLEH : Dwi Septi Ningsih (064) / Biologi 4B


Sabtu, 07 Januari 2012

Refleksi Kelompok 9,11, & 12

Refleksi Kelompok 9
EKOSISTEM
            Dalam diskusi pada pembahasaan Ekosistem ini, dipresentasikan oleh teman saya Martha, Linata, Lita, dan Wanti. Dari penjelasan Martha saya memahami tentang apa itu ekosistem, sistem- sistem yang melingkupi ekosistem, apa itu Steady stage dalam ekosistem, struktur dan fungsi komponen ekosistem, dan proses aliran energi pada ekosistem.
 
            Wanti lebih menjelaskan mengenai aliran energi lebih lanjut dengan ditunjukkan bagan aliran energi. Wanti juga menjelaskan tentang siklus nitrogen, siklus fosfor, siklus karbon dan oksigen, dan siklus sulfur dalam sustu ekosistem. Sedangkan Linata menjelaskan produktifitas yang trbagi atas dua macam yaitu produktifitas primer dan sekunder, dan faktor-faktor produktifitas diantaranya suhu, cahaya, dan daya dukung untuk berlangsungnya ekosistem. Selanjutnya Lita menjelaskan mengenai metode penentuan prodiktifitas primer dan produktifitas dalam ekosistem.
            Pada sesi tanya jawab Veni menyakan tentang produktifitas primer kotor dan bersih besrta contohnya, dan dijawab oleh Wanti yang menyatakan produktifitas primer bersih merupakan sisa energi produktifitas primer kotor yang baru disimpan, sedangkan produktifitas primer kotor yaitu bahan organik yang dihasilkan fotosintesis organsme autotrop. Pertanyaan kedua muncul dari Hatta yaitu perbedaan dari rumus fotosintesis yang terdapat perbedaan pada berbagai sumber, pertanyaan ini dijawab oleh Linata “ sebenarnya rumus tersebut sama saja karena C6H12O6 merupakan suatu energi.
            Pelajaran yang dapat saya ambil dari presentasi ini yaitu pentingnya menjaga kelangsungan ekosistem karena di dalam ekosistem terdapat sumber aliran energi hal inilah yang membuat Makhluk hidup dapat melangsungkan hidupnya.

Refleksi Kelompok 11
Ekosistem Aquatik
            Dalam presentasi Ekosistem aquatik dijelaskan oleh Dika, Pranoto, Dina, dan Ilmin. Dalam presentasi ini secara keseluruhan menjelaskan tentang Ekosistem pada mangrove, ekosistem pada terumbu karang, hutan pantai, rawa, ekosistem air tawar, ekosistem pantai, estuaria, ekosistem laut, bentos dan faktor pembatasnya. Dari presentasi ini penyampaian dalam materinya bagus dan jelas.
            Pada sesi tanya jawab ada tiga pertanyaan yang muncul yaitu dari Neni menanyakan tentang apabila kita membuat kolam dan kita isi dengan air dan tanah, apakah itu termasuk ekosistem aquatik, Dika mewakili untuk menjawabnya “ termasuk dalam ekosistem aquatik tetapi kolam itu merupakan eksistem aquatik buatan”. Sedangkan pertanyaan selanjutnya dari Hendy yang menanyakan tentang “ hutan-hutan mana saja yang mempunyai Hutan mangrove di Indonesia, Pranoto yang menjawab pertanyaan dari Hendy yaitu ‘daerah yang banyak ditumbuhi hutan mangrove antara ain di Sendang Biru Malang Selatan, Madura, dan didaerah Banyuwangi. Pertanyaan selanjutnya muncul dari Susan A yang menanyakan tentang penyusun karang yang terdiri dari alga dan hewan, dan jelaskan apa saja spesies yang menyusunnya. Jawabannya adalah karang yang disusun atas alga pada spesies Zooxantelae dan Hewan yang ikut menyusun karang yaitu Anthozoa.
            Dari selesainya presentasi ini saya lebih memahami pentingnya menjaga ekosistem aquatik dan banyak belajar mengenai pentingnya hutan mangrove dan terumbu karang.

Refleksi Kelompok 12
Suksesi
            Presentasi terakhir pada mata kuliah Ekologi Tumbuhan yang disamapikan oleh Saya sendiri, Chasan, Retno, dan Ubaidillah. Secara umum kelompok kami menjelaskan tentang apa itu suksesi, jenis-jenis dari suksesi, mekanisme suksesi itu sendiri, keseimbangan dalam proses suksesi, dan faktor- faktor pendukung yang berpengaruh terhadap suksesi.
            Pada sesi pertanyaan yang muncul dari Ilham mengenai proses terjadinya suksesi pada suksesi sekunder dan bagaimana mengenai komunitas klimaks, dan selanjutnya pertanyaan tersebut dijawab oleh saya sendiri yaitu mekanismenya suatu biji terbawa oleh angin maupun hewan, ataupun makhluk hidup lainnya, apabila faktor- faktor pendukungnya dapat mempercepat pertumbuhan biji tersebut pada area yang akan mengalami suksesi, dan adanya nutrien pada media tumbuh memadai maka biji tersebut akan tumbuh menjadi perdu, dan apabila kondisi lingkungan mendukung akan tumbuh menjadi pohon-pohon dan berkembangbiak. Dan kominitas klimak yang dijelaskan oleh Chasan bahwa komunitas kliamak tersebut merupakan titik puncak yang tidak dapat berubah yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya.
            Terima kasih atas perhatian teman-teman dari diskusi pada pembahasan suksesi yang telah berjalan dengan maksimal.  Maka kita harus lebih menjaga kelestarian lingkungan karena apabila lingkungan sudah rusak maka akan terjadi suatu proses suksesi yang tentunya akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan keaadan sebelum terjadinya kerusakan.

Selasa, 03 Januari 2012

Refleksi kelompok 8


Refleksi Diskusi Kelompok 8 (Metode Analisis Vegetasi) dan Kelompok 9 ( Ekosistem)

            Pada diskusi pada Mata kuliah Ekologi Tumbuhan yang dilaksakan pada hari Selasa  tanggal 03-01-2011 pada pukul 14.00-16.15 di Laboratorium Biologi UMM, ada dua kelompok yang akan mempresentasikan hasil makalahnya yang berjudul Metode Analisis Vegetasi oleh kelompok 8 yang beranggotakan: Hattahin, Dista Ariyani, Rita Kurniati, dan Nurlaila. Sedangkan kelompok yang akan mempersentasikan makalah yang berjudul Ekosistem yang selengkapnya dijelaskan oleh kelompok 9 yang beranggotakan: Martha Noor, Lita wijayanti, Linata Rahma A, dan Nurma’wa S.
            Refleksi secara khusus untuk jalannya diskusi pada presentasi kelompok 8 akan saya ceritakan pada awal pembukaan presentasi Hatta sebagai pemateri pertama membuka presentasi dengan sedikit candaaannya, lalu Hatta menjelaskan tentang pengertian tentang metode analisis itu sendiri menurut Hatta metode analisis vegetasi yaitu cara untuk mempelajari susunan vegetasi sacara bentuk dari masyarakat tumbuhan. Hatta juga mnjelaskan tentang pembagian metode yang digunakan pada analisis vegetasi yaitu a) Metode Deskriptif (bentuk vegetasinya sederhana), b) Metode Floristika (berdasarkan bentuk hidup suatu vegetasi), c) Metode Non floristika (menentukan keanekaragaman vegetasi). Selain menjelaskan tentang metode analisis vegetasi, Hatta juga menjelaskan tentang teknik analisis vegetasi yaitu Liat quadrat,dan Count.
Untuk teknik analisis vegetasi dilanjutkan oleh Ella dengan menjelaskan Cover quadrat, dan chart quadrat. Ella juga menjelaskan pengertian dan bagaimana cara menggunakan metode garis untuk mengalisis suatu vegetasi. Sedangkan enertian dan cara kerja pada metode titik dan kuadran yang dijelaskan oleh Rita, Rita menjelaskan tentang metode titik begini “ metode garis itu bertujuan untuk mengetahui satu spesies pada suatu vegetasi, untuk lebih lanjut Rita mempresentasikan teknik ordinasi tetapi dalam penjelasan yang disampaikan Rita tentang teknik ordinasi saya kurang memahami apa yang disampaikan karena kurangnya volume suara yang membuat audiens tidak begitu memahami. Selain itu Rita juga menayangkan dalam slide nya mengenai peta vegetasi hutan primer dan sekunder pada pulau Sumatera pada peta tersebut ditunjukkan adanya perbedaan perbedaan warna yaitu hijau yang menunjukkan hutan primer, dan pada warna hijau muda  menunjukkan hutan sekunder, tetapi kelemahannya Rita tidak menjelaskan perbedaan antara hutan primer dan hutan sekunder, dan menjelskan tentang kenapa adanya warna biru dan ungu. Maka muncullah sebuah dua pertanyaan tentang bahasan peta vegetasi yang pertama muncul pertanyaan dari Susan mengenai “ dari ke tiga metode yang dijelaskan oleh Hatta, metode mana yang dipakai dalam analisis vegetasi pada peta vegetasi Sumatera dan perbedaan warna yang ada?” dan pertanyaan yang kedua yaitu dari Prieska mengenai perbedaan hutan primer dan sekunder,., tetapi untuk menjawab pertanyaan ini akan aku jelaskan pada paragraf yang berisi tentang jalannya sesi tanya jawab.
Dari berbagai metode yang dibahas diawal tadi, Dista menjelaskan mengenai metode pemetaan vegetasi secara sederhana yaitu  dengan menggunakan pemetaan komunitas tumbuhan dari satu titik konstan dan pemetaan daerah dengan mencari jarak dan sudut. Selain itu Dista juga menjelaskan tentang kurva luas minimum yang fungsinya yaitu untuk menjelaskan tentang cara kerja luas minimum dan menentukan luas minimum. Hal ini  Dista juga menunjukkan contoh dari kurva tentang luas minimum. Dalam bahsan kerapatan di dalam analisis vegetasi mempunyai beberap simbol antara lain : Kerapatan Mutlak = (KM), Kerapatan Nisbi = (KN), Berat Kering Mutlak = (BKM), Berat Kering Nisbi = (BKN), Frekuensi Mutlak = (FM), Frekuensi Nisbi = (FN), Nilai Penting = (NP) dan Nisbah Jumlah Dominasi = (NJD).
Pada sesi pertanyaan selain yang saya ceritakan tdi diatas mncul satu pertanyan lagi dari Fitri mengenai “ Metode yang paling sederhana yang digunakan pada analisis vegetasi” dan pertanyaan ini dijawab oleh Hatta, menurut Hatta begini: metode yang paling sederhana yaitu metode garis karena dapat lebih dikembangkan beberapa metode dalam analisis vegetasi. Dan untuk pertanyaan dari Susan yang sudah saya tulis diatas dijawab oleh Dista, Dista mengatakan: metode yang dipakai dalam peta vegetasi yaitu metode non floristika karena adanya kerimbunan dan frekuensi, dan dari adanya perbedaan warna ungu dan biru dikarenakan untuk membedakan antara hutan primer dan hutan sekunder. Tetapi menurut saya jawaban mengenai perbedaan ungu dan biru seharusnya bukan hutan primer dan hutan sekunder karena pada peta terdapat penjelasan mengenai warna-warna pada peta vegetasi tersebut dituliskan bahwa pada warna hijau menunjukkan hutan primer, pada warna hijau muda menunjukkan hutan sekunder, pada warna biru menunjukkan sawah irigasi dan warna ungu merupakan perkebunan kelapa sawit, mungkin itu tambahan dari saya. Untuk pertanyaan dari Prieska mengenai hutan primer dan sekunder saya tidak begitu memahami tentang jawabannya, menurut saya perbedaan dari keduanya yaitu berdasarkan kerimbunan dan jenis dari vegetasi yang hidup disuatu vegetasi. ^_^  

Rabu, 21 Desember 2011

Bawang Putih Sebagai Obat

Bawang Putih (Allium sativun)

1.      Ilmiah Bawang Putih
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Sub divisio       : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledonae
Bangsa             : Liliales
Suku                : Liliaceae
Marga              : Allium
Jenis                : Allium sativum
Nama umum    : bawang putih
Nama daerah   :
Sumatera : bawang putih (Melayu), lasun (Aceh), dasun (Minangkabau), lasuna (Batak), bacong landak (Lampung).
Jawa : bawang bodas (Sunda), bawang (Jawa), babang pole (Madura).
Kalimantan : bawang kasihong (Dayak).
Sulawesi : lasuna kebo (Makasar), lasuna pote (Bugis), pia moputi (Gorontalo).
Nusa Tenggara : Incuna.
2.      Karakteristik dan Morfologi Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum) termasuk genus afflum atau di Indonesia lazim disebut bawang putih. Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun.
Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30 -75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang bejumlah banyak. Dan setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih.
Bawang putih yang semula merupakan tumbuhan daerah dataran tinggi, sekarang di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan di dataran rendah. Bawang putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250 meter di atas permukaan laut.
3.      Senyawa Yang Terkandung Dalam Bawang Putih
Kandugan kimia dari umbi bawang putih per 100 gram m yaitu :
a)      protein sebesar 4,5 gram
b)      lemak 0,20 gram
c)      hidrat arang 23, 1 0 gram
d)     vitamin B 1 0,22 miligram
e)      vitamin C 1 5 miligram
f)       kalori 95 kalori
g)      posfor 134 miligram
h)      kalsium 42 miligrain
i)        besi 1 miligram dan - air 71 gram.
Di samping itu dari beberapa penelitian umbi bawang putih mengandung zat aktif awcin, awn, enzim alinase, germanium, sativine, sinistrine, selenium, scordinin, nicotinic acid.
4.      Manfaat Umum Bawang Putih
1.      Membantu Daya Ingat
Khasiat bawang putih sebagai bahan pangan tradisional yang menyehatkan telah lama menarik perhatian para ilmuwan. Dr. Saito, salah seorang peneliti Jepang terkemuka mengenai proses penuaan, telah menemukan bahwa bawang putih dapat memperpanjang rentang hidup tikus percobaan yang dipelihara di laboratorium.
Sebuah penelitian di Universitas Tokyo mencatat, bawang putih sangat baik bagi kelompok orang usia lanjut. Tanaman ini mampu meremajakan otak dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Ekstrak bawang putih telah terbukti dapat menekan kerusakan sel neuron di otak dan bahkan dapat merangsang pertumbuhan sel-sel neuron baru. Dari percobaan itu dibuktikan bahwa tikus tua yang diberi bawang putih mendapat nilai lebih baik dalam pengujian ingatan dibandingkan yang tidak diberi bawang putih.
2.      Menghindarkan Penyakit Kanker
Penelitian yang dilakukan di University of Minnesota juga menunjukkan bahwa peluang terserang kanker turun 50 persen pada wanita usia lanjut yang mengonsumsi bawang putih. Sel- sel kanker prostat hanya tumbuh seperempatnya dari kecepatan normal bila penderitanya mengonsumsi bawang putih.
Pada tahun 1981, peneliti dari pusat riset obat-obatan di Tagore Medical College, India, melaporkan efek bawang putih mentah dan goreng yang diujicobakan pada 20 pasien yang punya riwayat penyakit jantung. Hasilnya menunjukkan bahwa kecenderungan penggumpalan darah pada pembuluh darah berkurang, yaitu ditunjukkan oleh aktivitas fibrinolitik yang meningkat.
3.      Penurun Kolesterol
Kehebatan konsumsi bawang putih sebagai penekan kolesterol juga tercatat dalam beberapa penelitian. Konsumsi bawang putih setengah sampai satu siung sehari selama sebulan mampu menurunkan kadar kolesterol sebesar 9 persen. Salah satu zat antikolesterol yang paling kuat di dalam bawang putih adalah ajone, suatu senyawa yang juga mencegah penggumpalan darah.
Penelitian yang dilakukan oleh Bordia dan dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition pada tahun 1981 mengungkapkan bahwa bawang putih mampu menurunkan kolesterol hingga 14 persen dan meningkatkan kolesterol baik HDL (High Density Lipoprotein) sebesar 40 persen setelah enam bulan.
Sementara itu, penelitian epidemiologi mengungkapkan bahwa kelompok masyarakat yang mengonsumsi bawang putih 30-50 g seminggu mempunyai kadar kolesterol jauh lebih rendah dibandingkan kelompok masyarakat yang tingkat konsumsinya tidak sebesar itu.
4.      Serangan Jantung
Bawang putih juga diketahui dapat mencegah serangan jantung. Penelitian yang melibatkan 432 penderita penyakit jantung menunjukkan bahwa mereka yang rajin mengonsumsi bawang putih (2-3 siung per hari) ternyata mampu bertahan hidup lebih lama. Hal tersebut terjadi karena bawang putih mampu mengecilkan sumbatan-sumbatan pada arteri jantung. Karena itu, penggemar menu daging perlu menyertakan bawang putih (dalam bentuk bumbu atau acar) untuk mengurangi dampak buruk dari lemak hewani. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bawang putih juga sangat berkhasiat untuk membunuh parasit cacing di dalam tubuh. Artikel Garlic as an Antinematodal agent di Aquarium Fish, November 1995, menunjukkan bahwa bawang putih menghambat pertumbuhan nematoda (cacing) dalam saluran pencernaan Pterophylum scalare.
5.      Bawang Putih Sebagai Penurun Kolesterol
Salah satu penyakit yang membahayakan manusia adalah kolesterol , dalam keadaan tubuh kolesterol tinggi tubuh akan cepat sekali lelah , untuk itu perlu pencegahan agar penyakit ini tidak terlalu berbahaya. Makanan yang berlemak tinggi menjadi salah satu faktor utama yang membuat penyakit ini timbul di tubuh manusia.
Dengan mengkonsumsi bawang putih setengah sampai satu siung sehari secara kontinyu selama satu bulan mampu menurunkan kolesterol sebanyak 9%. Tetapi dalam pengkonsumsiaannya harus diperhatikan dosisnya, jika terlalu banyak tidak  baik bagi kesehatan. Mengkonsumsi lebih dari tiga siung setiap hari dapat menimbulkan diare, kentut, sebah, dan demam. Bahkan bisa memunculkan perdarahan lambung.
Salah satu zat antikolesterol paling kuat pada bawang putih adalah ajoene. Senyawa ini juga dapat mencegah penggumpalan darah. Meskipun bawang putih dimasak, kandungan senyawa ini tidak rusak. Pada 1981, peneliti dari Pusat Riset Obat-obatan di Tagore Medical College, India, melaporkan efek bawang putih mentah dan goreng yang diujicobakan pada 20 pasien dengan riwayat penyakit jantung. Menurut laporannya, terdapat pengurangan kecenderungan pembentukan bekuan darah pada pembuluh darah mereka. Ini ditunjukkan oleh aktivitas fibrinolitik yang meningkat. Penelitian juga mengemukakan, khasiat bawang putih  sedikit berkurang bila bawang digoreng. Jadi pandangan umum yang menyatakan bawang putih akan kehilangan efeknya bila dimasak adalah salah.


Sumber Rujukan :

Refleksi kelompok 5, 6, & 7


Refleksi Presentasi Kelompok 5
Tanah
            Pada diskusi yang dilakukan pada tanggal 14 Desember 2011, kelompok 5 yang beranggotakan yaitu Neni, Susan, Ilham, dan Ayun secara umum menjelaskan tentang tanah yang meliputi struktur tanah, bobot isi tanah, perbedaan warna tanah pada setiap tingkatan, PH tanah, dan Profil tanah.
Diskusi pada saat itu dibuka dengan penjelasin dari pemateri 1 yaitu Neni yang secara umum menjelaskan tentang tanah secara umum, selanjutnya dijelaskan oleh pemateri 2 yaitu Susan yang menjelaskan tentang struktur tanah, bobot tanah, dan warna tanah. Dan dilanjutkan dengan pemateri 3 dan 4 yaitu Ayun dan Ilham  yang manjelaskan tentang PH tanah, dan Profil tanah.
            Presentasi dari kelompok 5 secara keseluruhan materi yang disampaikan dapat dipahami oleh audiens. Tampilan power point sudah bagus yang disertai gambar-gambar yang relevan dengan materi yang dibahas.
            Setelah presentasi selasai, kelompok 5 membuka sesi pertanyaan yang berjumlah 2 pertanyaan saja yaitu oleh:
1.      Dimas Widya A
Pertanyaan :” Apa kandungan tanah pada horizon O,A,E,B,C dan R dan mengapa pada setiap lapisan berbeda?”
Pemateri : “setiap lapisan tanah memiliki kandungan unsur yang berbeda-beda,  Pada lapisan atas banyak mengandung humus, artinya unsur-unsur organik banyak terdapat pada lapisan atas. Semakin kedalam suatu lapisan tanah, maka kandung unsur-unsurnya juga berbeda pula. Dan batas vegetasi untuk tumbuh dan perembesan air  yaitu pada horizon B (untuk lebih menjelaskan atas sanggahan dari Hatta) karena dilihat dari kandungan pada horizon C yang terdiri dari sedimen batu-batuan, dan horizon R yang tidak mengandung mineral hanya bebatuan keras, jadi dilihat dari kandungannya pada horizon C dan R tidak dapat ditumbuhi oleh vegetasi.
Sanggahan : Hendy menambahkan tentang yang disampaikan oleh pemateri mengenai pertanyaan Hatta yaitu Hendy menambahkan: air dapat menembus tanah dipengaruhi oleh struktur tanahnya juga. Ada lapisan tanah yang kedap air yaitu pada horizon C dan R yang terdiri dari batu-batuan sehingga air tidak dapat menembus.
2.      Luberti Indri S
Pertanyaan : “Mengapa semakin ke bawah lapisan tanah semakin sedikit organismenya?”
Pemateri : karena unsure mineral tanah semakin sedikit untuk kelangsungan hidup organisme. Akar tumbuhan hanya bisa menembus terbatas pada horizon E.

Setelah pertanyaan dari audiens terjawab semua, kelompok 5 mempersilahkan kelompok 6 untuk mempersentasikan makalahnya yang bertemakan Populasi. 

 
Refleksi Presentasi Kelompok 6
Populasi

            Presentasi ini merupakan kelanjutan dari kelompok 5 pada tempat yang sama, dalam bahasan populasi ini akan dijelaskan oleh Siti, Fitri, dan Berlian. Dalam tahap pembukaan Siti menjelaskan konsep species taksonomi dan ekologis, dan Fitri menjelaskan tentang pertumbuhan eksponsional dst.
Pada presentasi kelompok  6, saya kurang memahami tentang apa yang disampaikan oeh pemateri mengenai populasi itu sendiri, pada penjelasan Siti terlalu menekanankan pada penertiannya saja hal ini mngakibatkan audiens merasa sedikit bosan. Penjelasan grafik oleh fitri sudah sesuai. Yaitu grafik eksponensial yang membentuk huruf J dan grafik sigmoid yang membentuk grafik S. Tetapi dalam penampilan PPT bagus tetapi lebih diersingkat lagi. Pada saat penjelasan oleh Risa dan Berlian saya kurang dapat memperhatikan penjelasan yang sedang disampaikan di depan.
Pada sesi tanya jawab kelompok 6, Dista Ariyani memberikan pertanyaan mengenai grafik yang dijelaskan oleh Fitri, yaitu “Factor apa yang menyebabkan terjadinya grafik membentuk huruf J dan huruf S?”
Menurut Fitri: pada grafik eksponensial dipengaruhi oleh kelahiran tumbuhan yang terus meningkat sampai adanya factor pembatas yang menyebabkan kematian tumbuhan. Sehingga grafik membentuk huruf J yang artinya pertumbuhan terus meningkat. Sedangkan pada grafik sigmoid: pertama terjadi pertumbuhan tumbuhan yang lambat yang dipengaruhi oleh lingkungan yaitu persaingan individu. Kedua jika kondisi lingkngan mendukung maka terjadi petumbuhan lagi dengan natalitas tertentu sampai pada bertemu lagi kondisi lingungan yang tidak mendukung dan terjadi kematian (mortalitas) tumbuhan. Pertumbuhan yang naik turun ini menyebabkan terjadi grafik yang membentuh huruf S.
Harapan untuk kelompok selanjutnya : Pemater lebih mengontrol audiens agar lebih bisa memperhatikan penjelasan yang disampaikan, dan mempersiapkan materi yang akan dipresentasikan dengan sempurna.
Kelompok yang akan berdiskusi pada minggu depan tepatnya tanggal 19 Desember 2011 yaitu dari kelompok 7 dan 8  yang membahas tentang komunitas. Prediksi saya kelompok yang akan presentasi akan menamilkan sesuatu yang berbeda dari kelomok sebelumnya.

 
Refleksi Kelompok 7
Komunitas

            Presentasi ini dilakukan pada tanggal 19 Desember 2011 dengan beranggotakan Lysa, Atia, Dimas, dan Dian. Dilihat dari materi dan tampilan PPT bisa dimengerti dan dipahami, tetapi pada tampialan slide pada sub bab mengenai predasi vidio yang akan dipresentasikan tidak dapat di tampilkan karena adanya suatu kesalahan teknis.
Pada sesi tanya jawab kelompok 7 mendapatkan beberapa tanggapan dari teman-teman diantaranya oleh Marta Noor Laila yang menanyakan tentang “Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat?”.  Menurut kelompok 7 pada hubungan yang erat yaitu suatu organisme tersebut saling membutuhkan, contohnya pada organisme harimau memangsa kijang, harimau membutuhkan kijang tersebut untuk kelangsungan hidupnya. Sedang pada hubungan yang tidak erat adalah suatu hubungan organisme yang merugikan pada organisme tersebut. Contohnya pada pohon yang di tumpangi oleh benalu, benalu tersebut dapat mematikan atau menghambat pada pertumbuhan pohon tersebut.
Menurut saya hubungan yang erat itu merupakan hubungan dalam proses rantai makanan dimana pada sistem ini suatu organisme memiliki rangkaian untuk terus menyambung hidupnya dan dalam suatu organisme dengan organisme yang lainnya saling membutuhkan. Sedangkan pada hubungan yang tidak erat yaitu suatu hubungan dimana suatu organisme hanya menyebabkan organisme yang lain mengalami kerugian. 
Kemudian pada pertanyaan Nani, yang menanyakan tentang   formasi, asosiasi ,ekoton  pada jawaban yang dijelaskan kelompok 7 terlalu berbelit  belit  tentang ketiga hal tersebut , pada intinya formasi itu adalah  penempatan pada lingkungannya, sedangkan asosiasi dan ekoton merupakan sebuah tantangan yang dapat menghambat kelangsungan hidupnya yang menyebabkan sebuah peralihan.
Seharusnya dalam saat itu kelompok 8 dapat mempresentasikan makalahnya tetapi karena keterbatasan waktu, kelompok 8 akn mempresentasikan minggu depan. Prediksi saya untuk kelompok 8 yang akan presentasi siap dengan materi maupun PPT yang akan ditampilkan karena waktu presentasi yang mundur dari jadwal sebelumnya.
Terima kasih....